Sejak saya menetap di Kota Salatiga per tanggal 1 April 2015 (menetap dalam arti resmi memiliki Kartu Tanda Penduduk Kota Salatiga) karena sejak Tahun 2005 saya tinggal di Kota Salatiga (pergi-pulang Kota Kupang-Kota Salatiga) dengan status sebagai mahasiswa pascasarjana di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Waktu masih bermahasiswa, coffee shop (kedai kopi) adalah barang langka di Kota Salatiga, tempat andalan minum kopi adalah di angkringan, warung tenda atau di warung kopi (warkop) depan Kampus UKSW di Jl. Diponegoro, sayang sekali kini tak ada lagi warung tenda maupun warkop di depan Kampus UKSW (mereka direlokasi ke Jl. Sudirman depan Pasar Raya). Dulu, menjelang sore hingga malam hari, banyak warkop dan warung tenda didirikan di sepanjang jalan Diponegoro mulai dari depan Kampus UKSW hingga bundaran Tamansari, entah sejak kapan kebijakan aneh ini diberlakukan!, tapi sudahlah, sudah terjadi, kalau dibahas hanya jadi kenangan saja.
Amatan saya sejak Tahun 2015 di Kota Salatiga mulai ramai dengan hadirnya coffee shop antara lain: Arumia, 1915 Art Koffie Huise, Coffee Tanem (Tanpa Emosi), Jenderal Coffee, Kali Merah, 5.0, Kopi Dari Hati, Pinog, Humble, Prolog, Street Side, Kopisoe, dan lain-lain. Tren yang saya amati adalah dalam satu tahun ada satu coffee shop baru hadir dan akan ada satu coffee shop lama yang tumbang atau berganti nama/berganti owner. Beberapa yang saya ingat adalah 50:50 sudah berganti nama, Salatiga Library Cafe tumbang (kebetulan milik teman saya, saya ikut menyumbang beberapa buku di cafe-nya, sayang sekali sudah tutup). Sejak jalan tol Semarang-Salatiga resmi beroperasi pada Tahun 2017, lewat jalur tikus, sebagian pencinta kopi di Kota Salatiga memilih ke Starbucks Rest Area KM 456 Jalan Tol Semarang-Salatiga (sekitar 1 Km sebelum exit tol Tingkir), saya adalah salah satu diantaranya, bahkan sebagian tulisan di blog ini justru lahir di Starbucks Rest area KM 456, menulis sambil menikmati kopi adalah sensasi tersendiri, setidak-tidaknya untuk saya.

Sebelum pandemi Covid-19, setidak-tidaknya dalam empat bulan sekali saya berkesempatan melakukan perjalanan akademik (study tour) ke beberapa daerah seperti Toraja, Jakarta, Bandung, Surabaya, Sumba, Ambon, Makassar, Prancis, Timor Leste, dan Timor Barat terutama Kupang, SoE dan Atambua. Salah satu yang saya hunting selain foto adalah Kopi entah di coffee shop, cafe, atau di toko khusus kopi seperti di Tanah Toraja dan Toraja Utara yang memang salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia. Dari pengalaman inilah saya penasaran ingin melihat sejauhmana trend coffee shop dibahas di media sosial terutama twitter mengingat sebagian para peminum kopi adalah pengguna media sosial termasuk dari kalangan millennial. Dengan memanfaatkan Drone Emprit (selanjutnya saya singkat DE), dari DE saya mendapatkan data kuantitatif yang sangat menarik. Kata kunci yang digunakan adalah Coffee Shop, Kedai Kopi.
Saya membatasi pengambilan data dari DE untuk tanggal 1-20 Juli 2021 karena bertepatan dengan penetapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat oleh pemerintah yang diberlakukan pada tanggal 3-20 Juli 2021 se Jawa-Bali. Hasil analisis dari DE untuk Word Cloud dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 menunjukkan bahwa kata Coffee Shop, Kedai Kopi, Warung Kopi tidak mendapat perhatian dari 41 akun pengguna twitter disepanjang tanggal 1-20 Juli 2021. Kata “Kopi” ada dalam perhatian 41 pengguna twitter namun tidak dominan, yang dominan justru kata: Surabaya, Malang, Purwokerto, Mall, Pilihan, Dibikin, dan akun @dewahoya nampaknya mendominasi kumpulan kata dalam analisis word cloud yang dilakukan oleh DE. Meskipun mayoritas 41 pengguna twitter berada di pulau Jawa, Kota Salatiga belum menjadi perhatian 41 pengguna twitter disepanjang masa PPKM Darurat walaupun realitanya Coffee Shop tetap “beraroma kopi” ditengah sepi-nya pengunjung karena PPKM Darurat. Sebaran ke-41 pengguna twitter dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:

Hal lain yang juga tidak kalah menarik dari tampilan buzzer map pada gambar 3 adalah justru daerah penghasil kopi seperti Kopi Toraja di Sulawesi atau Kopi Flores di Nusa Tenggara Timur justru tidak muncul dalam lini massa di Twitter di selama masa PPKM Darurat. Saya membayangkan jika pandemi Covid-19 ini berlalu (entah kapan tapi saya yakin bahwa badai pasti berlalu) maka peta buzzer map Indonesia dipenuhi juga oleh lini massa tentang Kopi dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud sampai pulau Rote. Apalagi pengguna twitter di Indonesia sampai dengan bulan Februari 2021 mencapai angka 14,05 juta menurut detik.com
Dari Social Network Analysis (SNA) yang dilakukan oleh DE sebagaimana terlihat pada gambar 4 menunjukkan bahwa percakapan 41 pengguna twitter pada umumnya bernada positif tentang kopi (hanya ada 2 percakapan yang terkategori berupa pesan negatif oleh analisis SNA dari DE). Garis yang berwarna merah merupakan petunjuk ada sentimen negatif dalam percakapan di twitter sedangkan garis berwarna hijau menunjukkan ada sentimen positif.

Gambar 4. Social Network Analysis dari De tentang Coffee Shop, tampak garis warna hijau (sentimen positif) lebih dominan dibandingkan garis warna merah (sentimen negatif) Sumber: http://academic.droneemprit.id
Dua orang pengguna Twitter masing-masing @dewahoya dan @awmidyou merupakan Top Influencers tentang Coffee Shop di Twitter selama masa PPKM Darurat se-Jawa Bali (tanggal 1-20 Juli 2021) menurut analisis DE sebagaimana terlihat pada Gambar 5 berikut ini:

Kembali ke Kota Salatiga, kehadiran berbagai coffee shop tidak terlepas dari berdirinya UKSW sejak tanggal 30 November 1956 yang sudah sejak lama di kenal sebagai kampus Indonesia Mini karena mahasiswa, pegawai dan dosen yang bekerja di UKSW berasal dari berbagai daerah di Indonesia, begitu juga dengan kehadiran IAIN (Istitut Agama Islam Negeri) Kota Salatiga serta beberapa perguruan tinggi swasta lainnya menjadi daya tarik untuk berbisnis coffee shop, tanpa peningkatan kreativitas, inovasi dan pelayanan yang memuaskan termasuk cita rasa kopi yang disajikan maka pelan-pelan coffee shop akan ditinggalkan penggemarnya. Seperti kopi ☕️ cinta itu soal rasa, bukan kata.
Catatan lepas ini juga sekaligus merupakan kado Ulang Tahun yang ke 1271 untuk Kota Salatiga, 24 Juli 2021.