Sesungguhnya ada banyak konsep acara pertemuan ilmiah/forum ilmiah seperti seminar atau simposium, lokakarya (workshop), konferensi, kongres, diskusi panel, debat, tayang bincang atau gelar wicara (talk show), dan sarasehan. Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, muncul istilah baru yaitu webinar akronim dari web seminar dengan memanfaatkan berbagai platform digital seperti zoom, google meet, cisco webex, dan sejenisnya.
Kegiatan webinar rasa-rasanya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas masyarakat modern di tengah pandemi Covid-19, penyelenggaraan webinar lebih hemat dari sisi penganggaran, lebih banyak partisipan yang menembus batas-batas ruang dan waktu, lebih banyak ide-ide cemerlang yang tersampaikan, terungkapnya potensi-potensi yang tersembunyi, terjadinya berbagai diskusi dan perdebatan yang pada akhirnya membuahkan rumusan pokok-pokok pemikiran yang bermanfaat untuk penyelenggara maupun peserta webinar. Sayangnya masih ada aspek yang diabaikan dari sisi konsep dan content acara pertemuan ilmiah yang dilaksanakan secara daring maupun luring.
Pengalaman Terjebak
Sebagai akademisi, yang namanya pertemuan ilmiah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Sebelum pandemi, aura pertemuan ilmiah hanya ada di kampus, aula/gedung pertemuan milik pemerintah, di kapal laut atau di hotel entah sebagai peserta maupun diundang sebagai narasumber, kini seminar dengan konsep daring/webinar, saya bisa diikuti dari mana saja entah dari rumah, dari kampus, dari coffee shop (lebih sering dari coffee shop), sepanjang ada paket data untuk akses internet atau tersedia jaringan wifi plus jaringan listrik.
Dibalik kemudahan teknis untuk pelaksanaan webinar, saya pernah ‘terjebak’ ketika diminta sebagai narasumber dalam seminar entah luring maupun daring, ketika diskusi dengan panitia konsep acara yang dibahas adalah talk show yang artinya narasumber tidak perlu menyiapkan makalah untuk ditayangkan karena yang diutamakan adalah ‘bicaranya’ namun saat acara dilangsungkan, yang terjadi justru seminar karena ada narasumber lain yang menayangkan makalah di layar, ada pula peserta yang meminta makalah untuk difotokopi dan dibagikan ke peserta, jelas ini seminar, bukan talk show. Hal yang harus dipahami oleh penyelenggara adalah bahwa talk show dan seminar adalah dua hal yang berbeda meskipun sama-sama merupakan bagian dari pertemuan ilmiah entah dilaksanakan secara luring atau daring. Saya juga pernah ‘terjebak’ sebagai peserta lokakarya atau workshop, saya membayangkan akan ada pelatihan/praktik sebagaimana seharusnya sebuah lokakarya diselenggarakan, nyatanya isinya adalah seminar, tidak ada pelatihan ataupun praktik/ujicoba dalam lokakarya tersebut. Sayangnya penyelenggaranya justru lebih sering para aktivis kampus yang seharusnya sudah melek literasi tentang pertemuan ilmiah.
Pentingnya Literasi Pertemuan Ilmiah.
Dari pengalaman terjebak dalam kegiatan pertemuan ilmiah yang katanya talk show tapi isinya seminar atau yang katanya seminar tapi isinya workshop, apa lagi kalau penyelenggaranya adalah aktivis kampus, tentu sangat disayangkan. Karena itu penting untuk menguasai literasi pertemuan ilmiah terutama kepada para penyelenggara pertemuan ilmiah.
Pertama, Konferensi (conference) umumnya merupakan rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama; ada juga yang menyebut dengan permusyawaratan atau muktamar. Konferensi ada beberapa tingkatan baik tingkat lokal seperti Konferensi Cabang (Konfercab) organisasi kemahasiswaan, ada juga tingkat regional atau nasional seperti Koferensi Nasional Matematika dan juga konferensi tingkat internasional seperti Konferensi Asia-Afrika atau Konferensi Hak-hak Asasi Manusia Sedunia (International Human Rights Conference). Dalam konferensi umumnya ada acara temu ilmiah entah dalam format seminar, talk show, diskusi panel atau debat.
Kedua, Kongres (Congress) adalah pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai pelbagai masalah. Di Indonesia sepertinya kongres lebih dekat dengan aktivitas organisasi partai politik namun ada juga organisasi profesi ilmiah yang menyelenggarakan kongres sebagai agenda resmi organisasi, misalnya kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) atau Kongres Nasional Sejarah. Kongres partai politik dengan agenda utama pemilihan Ketua Umum Partai Politik misalnya, seringkali dirangkaikan dengan kegiatan temu ilmiah yang biasanya dihadiri oleh para ahli ilmu politik entah dalam format diskusi panel, debat atau diskusi.
Ketiga, Seminar atau Simposium. Sesungguhnya banyak definisi untuk menjelaskan makna dari seminar atau simposium namun intinya adalah seminar (seminarium dari bahasa latin yang berarti tanah tempat menanam benih, sedangkan simposium dari bahasa latin symposium yang berarti pertemuan). Seminar atau simposium merupakan suatu pertemuan ilmiah yang membahas suatu masalah yang diikuti banyak peserta dan mereka yang ahli pada bidangnya yang pada akhirnya akan diperoleh suatu rumusan yang disepakati bersama. Dalam seminar atau simposium terdiri dari 2-5 narasumber yang dipandu oleh seorang moderator dengan jumlah peserta ditentukan berdasarkan representasi kepentingan dan kapasitas ruangan (dalam webinar ditentukan berdasarkan kapasitas partisipan di zoom atau google meet misalnya), di era daring jika peserta tidak bisa mengikuti melalui zoom, bisa menjadi peserta pasif lewat YouTube atau live di Facebook yang dibagikan linknya oleh penyelenggara webinar. Dalam seminar atau simposium para peserta disajikan materi dari narasumber dalam format makalah atau slide power point.
Mengapa di seminar para narasumber perlu menyajikan makalah karena dalam seminar ada agenda utama yang dibahas yaitu untuk pemecahan masalah, pembahasan studi kasus atau topik tertentu, pertemuan bidang keilmuan tertentu atau lintas disiplin ilmu serta pembahasan rancangan penelitian (seminar proposal penelitian) dan seminar hasil penelitian ilmiah, seminar tanpa sajian materi dari narasumber bukanlah seminar tapi talk show (gelar wicara atau tayang wicara).
Keempat, Lokakarya (Workshop) adalah pertemuan ilmiah yang tidak hanya berisikan ceramah saja seperti dalam seminar atau simposium tapi ada latihan, ujicoba atau praktik. Misalnya academic writing workshop, maka tentu workshop dimaksud harus ada pelatihan menulis karya akademik, tidak hanya ceramah tentang bagaimana menulis karya akademik. Atau kegiatan workshop tentang analisis data media sosial maka harus ada latihan bagi peserta bagaimana menggunakan aplikasi untuk melakukan analisis data media sosial, misalnya menggunakan aplikasi seperti orange, gephi atau drone emprit. Di Indonesia masih ada kegiatan workshop tapi isinya hanya ceramah, kalau cuma ceramah maka tidak ada bedanya dengan seminar atau simposium.
Kelima, Diskusi Panel (Panel Discussion) adalah diskusi untuk bertukar pikiran diantara narasumber yang terdiri dari 3-6 orang (narasumber dalam diskusi panel disebut sebagai panelis diskusi atau panelis ahli) yang dipandu oleh seorang moderator. Topik yang dibahas adalah topik yang spesifik misalnya tentang pandemi Covid-19 maka tentu panelisnya adalah orang yang ahli dalam kajian pandemi Covid-19 seperti epidemolog, virulog, biolog, dan ahli kesehatan masyarakat lainnya. Jumlah peserta diskusi panel biasanya dibatasi sesuai kebutuhan agar jalannya diskusi berlangsung efektif, dan tidak menutup kemungkinan akan ada diskusi lanjutan diantara para peserta setelah mendengar tukar pikiran diantara para panelis.
Keenam, Diskusi (Discussion) sedikit berbeda dengan diskusi panel. Diskusi adalah pembicaraan mengenai hanya satu topik dengan tujuan untuk merumuskan kepentingan bersama, diskusi biasanya diikuti antara 6-20 orang peserta, dipimpin oleh seorang moderator guna memecahkan atau menyelidiki suatu masalah, di mana setiap peserta dapat saling tukar pendapat dan membina team work yang solid.
Ketujuh, Debat (Debate) merupakan sebuah metode pertemuan ilmiah di mana ada pihak yang pro dan kontra dapat menyampaikan argumentasi mereka tentang suatu pokok permasalahan, misalnya tentang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Covid-19 di satu sisi untuk alasan kesehatan (menekan laju penyebaran Covid-19) namun disisi yang lain berdampak pada aspek ekonomi kemasyarakatan. Debat bisa mempertajam, menggairahkan analisis dan diikuti oleh sejumlah peserta yang pro maupun kontra. Debat dipandu oleh moderator yang tegas agar topik perdebatan tidak keluar dari konteks debat dan menghasilkan rumusan pemikiran untuk penanganan pandemi Covid-19.
Debat ilmiah tentu berbeda dengan debat politik, misalnya debat calon kepala daerah atau debat calon presiden, meskipun ada adu data dan adu argumentasi namun tidak bertujuan untuk menghasilkan pokok-pokok pemikiran yang bersifat ilmiah, namun acara debat politik menjadi sangat penting bagi para ahli ilmu politik sebagai referensi untuk perkembangan ilmu politik di Indonesia.
Kedelapan, Forum adalah wadah pertemuan untuk bertukar pikiran secara bebas, misalnya forum yang biasanya dimanfaatkan untuk diskusi ilmiah dan tidak wajib menghasilkan keputusan. Misalnya Diskusi Kamisan yang merupakan forum diskusi ilmiah bagi mahasiswa pascasarjana di lingkungan Program Studi S2 dan S3 Studi Pembangunan Fakultas Interdisiplin UKSW (dahulu Program Pascasarjana Studi Pembangunan), tidak ada kewajiban bagi Diskusi Kamisan untuk menghasilkan keputusan-keputusan atau rekomendasi sebagaimana seminar. Ada juga organisasi yang menggunakan nama Forum sebagai nama organisasi seperti Forum Komunikasi Putera-Puteri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) atau Forum Betawi Rempug (FBR), spiritnya sama sebagai wadah untuk pertemuan dan bertukar pikiran secara bebas.
Kesembilan, Sarasehan adalah bentuk pertemuan ilmiah dalam suasana informal, santai tapi serius, tidak terikat dengan aturan-aturan baku (misalnya harus pada jam kerja atau harus bertemu di kampus), sarasehan bisa dilakukan di mana saja berdasarkan kesepakatan bersama diantara para pihak (peserta maupun penyelenggara sarasehan) namun tidak menutup kemungkinan hasil pertemuan dari sarasehan ditindaklanjuti untuk acara yang lebih serius seperti kesepakatan menyelenggarakan seminar, lokakarya atau gelar wicara.
Pertemuan ilmiah akan menarik jika dikemas sesuai dengan konsepnya, tidak hanya “asal bunyi”.
Coffee Time ☕️