
Relasi Negara dan Masyarakat di Rote adalah buku pertama yang saya tulis dari hasil penelitian disertasi doktor studi pembangunan yang diterbitkan oleh Satya Wacana University Press (2014). Buku ini mengkisahkan tentang menyatunya masyarakat Rote (pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao) dengan sistem pemerintahan Nusak (Kerajaan) karena keberadaan Nusak dipandang sebagai pelindung nilai-nilai sosial dan kultural yang berkembang dalam masyarakat termasuk melindungi sumber daya alam (hutan, mata air, padang pengembaalaan untuk hewan) sebagai bagian dari communal property masyarakar Rote. Kehadiran negara yang kemudian mengalihkan communal property menjadi private property menjadi alasan mengapa kekerasan digunakan oleh masyarakat Rote dalam menyampaikan aspirasinya pada negara. Penelitian ini menemukan bahwa Civil Society di Rote berbeda dengan hasil penelitian Chandoke (1995), Nordholt (1999), Suwondo (2004,2005), dan Wiloso (2009). Namun demikian ada kesimpulan yang sama bahwa perwujudkan civil society menyiratkan adanya gerakan tanpa kekerasan. Versi e-book dari buku ini bisa diunduh melalui Repositori Universitas Kristen Satya Wacana.

Buku kedua yang saya tulis dengan judul “Potret Kehidupan Nelayan Tradisional Bajo di Papela-Pulau Rote” diterbitkan oleh IRGSC Publishers (2017) yang disarikan dari hasil penelitian tesis studi pembangunan yang berjudul: Orang Laut di Tanjung Pasir Minum Madu Bercampur Racun. Buku ini menceritakan kehidupan nelayan buruh yang harus berhadapan dengan pemilik perahu (nelayan juragan) di mana nelayan juragan selaku pemilik modal/pemilik perahu dengan leluasa dapat “mengatur” segala kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan buruh di Tanjung Pasir-Papela. Di satu sisi nelayan buruh mengharapkan bantuan dan pertolongan juragan untuk dapat survive namun pada sisi yang lain juragan memanfaatkan ketergantungan nelayan buruh dengan mengambil keuntungan lebih (eksploitasi halus). Buku ini bisa dibeli di Uni Store UKSW Salatiga. Versi tesisnya bisa diakses di Perpustakaan O. Notohamidjojo UKSW.

Di Pulau Kera tidak ada pencuri, tidak ada polusi, tidak ada polisi dan tentara, jika lapar ada ikan, kalau haus ada air di sumur, ada sinyal telepon, listrik cukup dengan generator, kalau sakit ada Puskesmas di Sulamu, mau sembayang ada Masjid di sini, anak-anak bisa sekolah di Madrasah. Biar hidup serba terbatas, kami di Pulau Kera saja, aman dan damai (kutipan wawancara).
Buku ini adalah hasil kolaborasi penelitian lapangan bersama Yesaya Sandang dan Pdt. Astrid B. Lusi dari Pusat Studi Agama, Pluralisme dan Demokrasi (PusAPDem) UKSW Salatiga, keduanya juga terlibat sebagai co-writer. Buku ini menguraikan kehidupan orang Bajo di pulau Kera Kabupaten Kupang dari perspektif historis awal penghunian pulau Kera hingga aspek pembangunan berkelanjutan di tengah-tengah ancaman ekologi (terutama abrasi) yang tidak disadari. Relasi Negara dan Masyarakat di pulau Kera perlu ditingkatkan terutama relasi kemanusiaan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Buku ini diterbitkan oleh Satya Wacana University Press (2020). Versi e-booknya bisa diperoleh melalui Google Play Book Store